prolog
Ramadhan mengundang datang Profesor A dari selatan
Syawal mempersila pula Profesor B dari utara
kedua profesor pada main di arena yang sama
pada bicara tentang 'ainulyakin dan ilmalyakin.
dialog
round 1
Profesor A tenang bicara penuh takwa
"pabila mata kepala melihat maya indah tergubah
segera hati nurani memuji terserlah madah Alhamdulillah
wujud Maha Pencipta dirasa dengan teguh ilmu di dada
sekali-kali tidak ia teraba oleh mata kepala."
tegas: ilmalyakin mengatasi 'ainulyakin!
round 2
Profesor B lantang suara penuh selera
"manusia kini pada keliru; menilai ilmu mengabai mata
ilmu menghitung tak selalu jitu - ia bisa keliru
mata terang memandang; jelas lantas kelihatan
melihat dengan mata, bijak - mengira dengan ilmu, tidak."
jelas: 'ainulyakin mengatasi ilmalyakin!
round 3...
round 4 - sampai selesai...
dua profesor hujah menghujah bidas membidas tak capai
damai
sekitar arena jadi kelabu, harubiru campur keliru
spektator pada kehilangan neraca; pabila
emosi naluri mengatasi segala bicara, dan
sorak tindak melonjak memihak favourite sendiri-sendiri.
monolog
dua profesor pada benar; pada yakin dengan teori, tapi
pengikut-pengikut ikut-ikutan menurut hati tanpa kaji, lalu
tuduh-tuduhan fitnah-fitnahan sama sendiri, sudahnya
tak siapa pun untung malah semuanya rugi. Pasti!
epilog
benarlah kata pepatah Melayu:
gajah berjuang dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah
persis jenaka Si Velo yang lucu:
lembu sama lembu ada gusti, itu rumput juga ada mati!
MAS
Rujukan: MAS, (1998). Jangan Tak Ada. Singapura: Angkatan Sasterawan '50
Ramadhan mengundang datang Profesor A dari selatan
Syawal mempersila pula Profesor B dari utara
kedua profesor pada main di arena yang sama
pada bicara tentang 'ainulyakin dan ilmalyakin.
dialog
round 1
Profesor A tenang bicara penuh takwa
"pabila mata kepala melihat maya indah tergubah
segera hati nurani memuji terserlah madah Alhamdulillah
wujud Maha Pencipta dirasa dengan teguh ilmu di dada
sekali-kali tidak ia teraba oleh mata kepala."
tegas: ilmalyakin mengatasi 'ainulyakin!
round 2
Profesor B lantang suara penuh selera
"manusia kini pada keliru; menilai ilmu mengabai mata
ilmu menghitung tak selalu jitu - ia bisa keliru
mata terang memandang; jelas lantas kelihatan
melihat dengan mata, bijak - mengira dengan ilmu, tidak."
jelas: 'ainulyakin mengatasi ilmalyakin!
round 3...
round 4 - sampai selesai...
dua profesor hujah menghujah bidas membidas tak capai
damai
sekitar arena jadi kelabu, harubiru campur keliru
spektator pada kehilangan neraca; pabila
emosi naluri mengatasi segala bicara, dan
sorak tindak melonjak memihak favourite sendiri-sendiri.
monolog
dua profesor pada benar; pada yakin dengan teori, tapi
pengikut-pengikut ikut-ikutan menurut hati tanpa kaji, lalu
tuduh-tuduhan fitnah-fitnahan sama sendiri, sudahnya
tak siapa pun untung malah semuanya rugi. Pasti!
epilog
benarlah kata pepatah Melayu:
gajah berjuang dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah
persis jenaka Si Velo yang lucu:
lembu sama lembu ada gusti, itu rumput juga ada mati!
MAS
Rujukan: MAS, (1998). Jangan Tak Ada. Singapura: Angkatan Sasterawan '50
0 comments :
Post a Comment