Wednesday 4 September 2013

Antara Langit Dan Bumi oleh Farihan Bahron

si kecik tak merengek saat putus tuban
jernih tersengih dek kerut mak bidan
berserabut sakan ubun naik uban
lopong ternganga takjub bin hairan
pertama kalinya dalam sejarah
jadi kelam-kabut tak tentu arah
nah riuh rendah satu kampung jadi gelisah
ingatkan kembar atau cacat kaki sebelah
tapi rupanya si kecik lahir tak berlidah

terkinja mak bidan terloncat badi termengah
mulut kumat-kamit halau mambang tanah
mak buyung berkeranjang sumpah-serapah
bapak nak panggil ahli pakar dari sebelah
abang terketar bibir tak henti bersyahadah

jiran tetangga tumpang gelisah
sibuk mengintai di celah-celah
desas-desus meramal kisah
entahkah apa sebab musibah
mungkin terkenan biawak sesumpah
terpijak bengkarung bercabang lidah
mungkin jamunya terkurang rencah
atau jampinya sumbang serapah
daging sedara tak dijamah
hanyir bangkai lekat di celah

maka dunia di antara langit ini
dan bumi ini jadi sunyi
dari segala hamun makian
doa dan harapan
tohmah dan sumpah
yang menidak yang mengiya
jatuh tegak benang basah

apakah anak kecil itu yang cacat
atau mereka di sekeliling
yang kurang sifat
belum dibuburputih dimerahkan
tebu dan domba siap berbaris
di tepi bibir teracak sudah

Farihan Bahron

Rujukan: Noridah Kamari & Farihan Bahron, (2005). Kail Panjang Sejengkal: Antologi Puisi. Singapura: [s.n.] 

0 comments :

Post a Comment